Pengertian Penelitian Non Eksperimen, Ciri, Jenis, dan Cara Melakukannya

Diposting pada

Pengertian Penelitian Non Eksperimen, Ciri, Jenis, dan Cara Melakukannya

Penelitian non eksperimental bisa dikatakan sebagai perwujutan terhadap lebeling yang diberikan pada arti penelitian. Dimana keberadaan si peneliti tidak dapat mengontrol, memanipulasi, atau mengubah variabel penelitian. Akan tetapi sebaliknya, yaitu keberadaan si peneliti sangat bergantung pada interpretasi, observasi, atau interaksi untuk menghasilkan suatu kesimpulan berdasarkan data yang telah dianalisis.

Hal tersebut menunjukkan bahwa biasanya peneliti non eksperimental harus mengandalkan korelasi, survai atau studi kasus, dan tidak dapat menunjukkan hubungan sebab-akibat yang sebenarnya. Penelitian non eksperimental cenderung memiliki tingkat validitas eksternal yang tinggi, artinya dapat digeneralisasikan untuk populasi yang lebih besar. Penelitian non eksperimental merupakan kebalikan dari penelitian eksperimental yang melibatkan perubahan variabel dan secara acak menetapkan kondisi untuk subjek yang diteliti.

Penelitian Non Eksperimen

Penelitian non eksperimen hakekatnya ialah riset yang tidak melakukan manipulasi terhadap variabel independen atau menempatkan secara acak partisipan penelitian pada suatu kondisi tertentu, atau mungkin tidak melakukan keduanya. Dalam arti tertentu, tidak adil untuk mendefinisikan serangkaian pendekatan yang besar dan beragam tersebut secara kolektif dengan apa yang bukan.

Tetapi hal itu mencerminkan fakta bahwa sebagian besar peneliti dalam psikologi menganggap perbedaan antara penelitian eksperimen dan noneksperimen sebagai hal yang sangat penting, karena meskipun penelitian eksperimen dapat memberikan bukti kuat bahwa perubahan variabel independen menyebabkan perbedaan variabel dependen, penelitian non eksperimen umumnya tidak bisa.

Akan tetapi, ketidakmampuan ini tidak berarti bahwa penelitian non eksperimen kurang penting daripada penelitian eksperimen atau lebih rendah daripadanya dalam pengertian umum, sehingga kita sebagai peneliti harus mengetahui dengan tepat kapan waktu yang tepat dalam menggunakan penelitian non eksperimental.

Pengertian Penelitian Non Eksperimen

Penelitian non eksperimen adalah jenis metode penelitian yang tidak memiliki variabel bebas sehingga prihal ini si peneliti berusaha untuk mengamati konteks di mana fenomena itu terjadi dan menganalisisnya untuk memperoleh informasi.

Disisi lainnya, penelitian ini dilakukan selama peneliti tidak dapat mengontrol, memanipulasi atau mengubah subjek tetapi bergantung pada interpretasi atau pengamatan untuk menyimpulkan.

Pengertian Penelitian Non Eksperimen Menurut Para Ahli

Adapun definisi penelitian non eksperimen menurut para ahli, antara lain:

  1. Encyclopedia of Research Design By Neil J. Salkind

Desain non eksperimental mencakup desain penelitian di mana seorang peneliti hanya menggambarkan kelompok atau memeriksa hubungan antara kelompok yang sudah ada sebelumnya. Anggota kelompok tidak ditentukan secara acak dan variabel independen tidak dimanipulasi oleh penenliti, sehingga tidak ada kesimpulan tentang hubungan kausal antara variabel dalam penelitian yang dapat ditarik.

Ciri Penelitian Non Eksperimen

Karakteristik penting penelitian non eksperimen, diantaranya yaitu:

  1. Sebagian besar penelitian didasarkan pada peristiwa yang terjadi sebelumnya dan dianalisis kemudian.
  2. Dalam metode ini, eksperimen terkontrol tidak dilakukan karena alasan seperti etika atau moralitas.
  3. Tidak ada sampel penelitian yang dibuat; sebaliknya sampel atau partisipan sudah ada dan berkembang di lingkungannya.
  4. Peneliti tidak melakukan intervensi langsung di lingkungan sampel.
  5. Metode ini mempelajari fenomena persis seperti yang terjadi.

Jenis Penelitian Non Eksperimen

Ada 3 jenis utama penelitian non eksperimental. Yakni penelitian cross sectional, penelitian korelasi, dan penelitian observasional. Berikut penjelasannya masing-masing:

  1. Penelitian Cross Sectional

Penelitian cross sectional adalah penelitian yang melibatkan perbandingan dua atau lebih kelompok orang yang sudah ada sebelumnya dengan kriteria yang sama. Pendekatan ini diklasifikasikan sebagai non eksperimen karena kelompok tidak dipilih secara acak dan variabel independen tidak dimanipulasi.

Misalnya, seorang peneliti memberikan Rosenberg Self-Esteem Scale kepada 50 mahasiswa Amerika dan 50 mahasiswa Jepang. Meskipun ini “terasa” seperti eksperimen antar-subjek, tapi contoh tersebut termasuk studi cross-sectional karena peneliti tidak memanipulasi kebangsaan mahasiswa.

Contoh lain misalnya jika kita ingin membandingkan kinerja tes memori sekelompok pengguna obat-obatan terlarang dengan sekelompok orang non-pengguna, ini akan dianggap sebagai studi cross-sectional karena untuk alasan etis dan praktis kita tidak akan dapat menetapkan secara acak partisipan yang termasuk pengguna dan non-pengguna.

Desain cross-sectional biasanya digunakan oleh psikolog perkembangan yang mempelajari penuaan dan oleh peneliti yang tertarik pada perbedaan jenis kelamin. Dengan menggunakan desain ini, psikolog perkembangan membandingkan kelompok orang dari berbagai usia (misalnya, dewasa muda yang berusia antara 18-25 tahun vs orang dewasa yang lebih tua yang berusia 60-75 tahun) pada berbagai variabel dependen (misalnya, memori, depresi, kepuasan hidup).

Tentu saja, keterbatasan utama menggunakan desain ini untuk mempelajari efek penuaan adalah bahwa perbedaan antara kelompok selain usia dapat menjelaskan perbedaan dalam variabel dependen.

  1. Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional adalah riset yang berusaha untuk membandingkan hubungan statistik dan statistika antara dua variabel. Penelitian korelasional diklasifikasikan sebagai non-eksperimental karena tidak memanipulasi variabel independen.

Sebagai contoh, seorang peneliti ingin mengkaji hubungan antara harga diri (self-esteem) dan prestasi kuliah. Peneliti dapat mengumpulkan data tentang harga diri mahasiswa dan IPK mereka untuk melihat apakah kedua variabel tersebut berhubungan secara statistik.

  1. Penelitian Observasional

Penelitian observasional adalah penelitian yang berfokus pada observasi atau pengamatan terjadap perilaku subjek penelitian dalam pengaturan alamiah atau laboratorium. Ini diklasifikasikan sebagai non-eksperimental karena tidak melibatkan manipulasi variabel independen.

Contoh penelitian observasional misalnya studi yang dilakukan oleh Loftus dan Pickrell. Variabelnya adalah apakah peserta “ingat” pernah mengalami peristiwa masa kecil yang traumatis ringan (misalnya, tersesat di pusat perbelanjaan) yang sebenarnya tidak mereka alami, tapi peneliti menanyakannya berulang kali.

Cara Melakukan Penelitian Non Eksperimen

Langkah-langkah dalam melakukan penelitian non eksperimen. Yaitu;

  1. Menentukan permasalah penelitian beserta hipotesis yang akan diuji

Dalam melakukan penelitian apapun, hal pertama yang harus dilakukan oleh peneliti adalah menentukan masalahan penelitian yang akan dipecahkan, serta menentukan hipotesisi atau dugaan sementara yang nantinya akan diuji lebih lanjut.

  1. Memilih variabel yang akan digunakan dalam penelitiannya

Langkah kedua yang harus dilakukan dalam penelitian non eksperimen adalah memilih atau menentukan variabel penelitia. Tapi perlu kita ingat kembali bahwa dalam penelitian non eksperimen, pertanyaan penelitian atau hipotesis kita bisa tentang satu variabel, tapi kita tidak dapat memanipulasi variabel tersebut.

  1. Mengumpulkan data

Langkah selanjutnya setelah kita menentukan variabel penelitian kita adalah melakukan pengumpulan data. Ada banyak metode yang dapat kita gunakan dalam mengumpulkan data, misalnya yaitu melalui wawancara, observasi, survei, dan lain sebagainya.

  1. Menganalisis data

Analisis data merupakan langkah penting dalam penelitian yang dapat berupa proses pemeriksaan, pembersihan, transformasi, dan pemodelan data dengan yang bertujuan untuk menemukan informasi yang berguna, menginformasikan kesimpulan, dan mendukung pengambilan keputusan.

  1. Melakukan interpretasi hasil penelitian

Menginterpretasi atau menafsirkan hasil atau temuan penelitian kita merupakan proses yang menunjukkan apakah hasil atau temukan kita bisa mengkonfirmasi ataukah tidak mengkonfirmasi hipotesis penelitian yang telah kita kemukakan sebelumnya atau temuan penelitian sebelumnya dalam tinjauan pustaka kita.

Contoh Kasus Penelitian Non Eksperimen

Ada banyak cara di mana kita dapat lebih memilih penelitian non eksperimen dalam beberapa kasus, diantarannya yaitu:

  1. Pertanyaan penelitian atau hipotesis bisa tentang satu variabel, tapi bukan hubungan statistik antara dua variabel (misalnya, Seberapa akurat kesan pertama seseorang terhadap orang lain?)
  2. Pertanyaan penelitian bisa tentang hubungan statistik non-kausal antara variabel (misalnya, Apakah ada korelasi antara kecerdasan verbal dan kecerdasan matematika?)
  3. Pertanyaan penelitian bisa tentang hubungan sebab akibat, tetapi variabel independen tidak dapat dimanipulasi atau partisipan tidak dapat secara acak ditempatkan pada suatu kondisi (misalnya, Apakah kerusakan pada hippocampus seseorang mengganggu pembentukan jejak memori jangka panjang?)
  4. Pertanyaan penelitian bisa luas dan eksploratif, atau bisa tentang bagaimana rasanya memiliki pengalaman tertentu (misalnya, bagaimana rasanya menjadi ibu yang bekerja tapi didiagnosis dengan depresi?)
Kesimpulan

Dari penjelasan yang dikemukakan, dapatlah dikatakan bahwa penelitian ini dapat kita gunakan dengan tepat ketika kita memiliki pertanyaan penelitian atau hipotesis spesifik tentang hubungan sebab akibat antara dua variabel, atau kita ingin memanipulasi variabel independen dan secara acak menetapkan partisipan pada kondisi tertentu. Oleh karena itu, masuk akal bahwa penelitian non eksperimental adalah tepat (bahkan perlu) ketika kondisi tersebut tidak terpenuhi.

Sekali lagi, pilihan antara pendekatan eksperimen dan non eksperimen umumnya ditentukan oleh sifat pertanyaan penelitian. Jika ini tentang hubungan kausal dan melibatkan variabel independen yang dapat dimanipulasi, pendekatan eksperimen biasanya lebih disukai. Jika tidak, pendekatan non eksperimen lebih disukai.

Tetapi kedua pendekatan tersebut juga dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang sama dengan cara yang saling melengkapi. Misalnya, studi non eksperimental yang menetapkan bahwa ada hubungan antara menonton televisi kekerasan dan perilaku agresif telah dilengkapi dengan studi eksperimen yang menegaskan bahwa hubungan tersebut adalah hubungan kausal.

Nah, itulah saja artikel yang bisa dibagikan pada semua pembaca berkenaan dengan pengertian penelitian non eksperimen menurut para ahli, ciri, jenis, cara melakukan, dan contohnya. Semoga saja mampu memberi pemahaman bagi kalian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *