2 Contoh Temuan Penelitian

Diposting pada

Contoh Temuan Penelitian

Pada dasarnya setiap bagian artikel penelitian yang menyajikan temuan-temuan penelitian senantisa terdapat dalam Bab VI. Yang didalamnya mengulas lebih luas terkait apasaja yang dapat dituliskan dalam pembahasan. Oleh karena itulah tak khayal disetiap karya tulis ilmiah yang dibuat senantisa menyama artikan antara temuan dan hasil penelitian.

Tetapi yang pasti, untuk sebagian besar format karya ilmiah ada dua cara untuk menyajikan dan mengorganisasi temuan penelitian. Pertama dilakukan dengan disertakan secara langsung dengan pembahasan dan selanjutnya ada yang membuat tabel lantas selanjutnya diulas dengan pembahasan.

Temuan Penelitian

Temuan penelitian adalah serangkaian deskripsi yang didapatkan dari jenis data penelitian yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data tertentu sesuai dengan topik penelitian yang terjadi di lapangan. Adapun untuk pengumpulannya sendiri bisa dijalankan melalui wawancara, observasi, dan juga dokumentasi.

Contoh Temuan Penelitian

Sebagai penjelasan yang lebih memahamkan. Berikut ini merupakan gambaran atas temuan yang ada dalam arti penelitian. Misalnya saja;

  1. Penelitian Kualitatif

Salah satu jenis metode penelitian yang biasanya ada bagian untuk temuan penelitian ialah kualitatif. Dimana skema penulisannya sendiri misalnya saja;

Contoh Temuan Penelitian Kualitatif

Sigale-Gale Sebagai Nilai Budaya dalam Pengembangan Pariwisata

Berdasarkan temuan penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa masyarakat Tomok telah memanfaatkan nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat sebagai modal sosial untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke daerah tersebut. Hanya saja, nilai-nilai budaya tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga terkesan mengalami stagnasi. Masyarakat juga belum kreatif dalam memanfaatkan nilai-nilai budaya lainnya seperti kesenian tradisional yang sebenarnya mempunyai potensi yang sangat besar untuk mendorong jumlah kunjungan wisatawan ke daerah tersebut. Masyarakat ataupun pengelola pariwisata umumnya lebih terfokus menjadikan Patung Sigale-gale sebagai daya tarik wisata.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan S (46) dan J (60) yang menyatakan bahwa Sigale-gale merupakan daya tarik wisata yang umumnya dikembangkan oleh pengelola wisata walaupun pada hari-hari tertentu seperti Festivial Danau Toba juga dipertunjukkan beberapa budaya dan kesenian asli daerah seperti tor-tor dan yang lainnya.

….Sigale-gale dek…. Kalo sehari-hari sih gak ada dek, tapi kalau pas (ketika) Festival Danau Toba ada banyak pertunjukan seni, kayak (seperti) Tor Tor, Solu Bolon, banyaklah

….Menurut saya sebenarnya wisatawan kesini kan mau liat (lihat) peninggalan-peninggalan budayanya makanya itu yang terkenal kan disini makam raja sama patung Sigale-gale

Jaringan Antar Pedagang Souvenir dalam Pengembangan Pariwisata

Berdasarkan temuan penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa pedagang souvenir Tomok belum mampu membentuk jaringan ataupun kerjasama dalam rangka meningkatkan pariwisata di daerah tersebut. Hal yang sama juga diungkapkan oleh J (60) yang menyatakan bahwa tidak ada jaringan antar pedagang souvenir dalam rangka meningkatkan pariwisata di Tomok, hanya saja hubungan antara pedagang berlangsung harmonis. Kerjasama berlangsung pada tingkat informal seperti hubungan kekeluargaan.

Hubungannya bagus sih. Contohnya tadikan ini orangnya gak ada, Dia jualkan sama orang kalo yang ada mau beli, Kayak saya kalo mau pergi pun ditiipkan sama orang ini mau jaga kalo ada yang lewat pun ditawarinlah…. Gak ada di sini

Sedangkan informan B (23) menyatakan bahwa terdapat jaringan atau kerjasama antara pihak pengelola hotel dengan tukang ojek di mana jaringan tersebut berlangung dalam rangka mencari keuntungan.

Oh ada dek, misalnya nanti tukang ojek yang nunjukkan hotel ke pelanggan biasanya dapat persenan gitu dek

Kelompok Marga atau Komunitas Pendkung Pariwisata

Berdasarkan temuan penelitian diperoleh data bahwa di daerah Tomok terdapat beberapa punguan (kelompok) marga yang dibentuk. Akan tetapi dalam rangka pengembangan pariwisata di Tomok, tidak semua kelompok marga tersebut dilibatkan, hanya kelompok marga tertentu yang diikutsertakan. Seperti yang dikemukakan oleh S (46);

Ada dek, banyak pun karena daerah ini daerah Batak…….. Oh, kalo disini kelompok marga tertentu saja dek. Kalau kita dekat dengan panitia acara misalnya festival Danau Toba, mungkin kita bisa ikut acaranya

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh informan B (23) yang menyatakan bahwa di daerah Tomok terdapat beberapa kelompok marga ataupun serikat tolong menolong (STM), akan tetapi kelompok tersebut tidak berfungsi dengan baik.

Kelompok marga tersebut umumnya dilibatkan dalam rangka mensukseskan pagelaran Fesitval Danau Toba seperti yang dikemukakan oleh J (60);

pulungan marga inilah yang melaksanakan kegiatan adat budayanya. Jadi, kan pembukaan acara itu pasti ada acara adatnya, disitulah para tetuah bagian dari punguan marga membuat acara ritual di makam raja

Sedangkan komunitas atau kelompok pendukung pariwisata Danau Toba di Tomok saat ini tidak ada. Informan mengatakan bahwa dulu pernah dibentuk kelompok pendukung pariwisata Danau Toba di Tomok, akan tetapi kelompok tersebut tidak berlangsung lama karena adanya konflik kepentingan di antara para anggota.

Jaringan Pedagang Souvenir dengan Pemerintah

Berdasarkan temuan penelitian diperoleh data bahwa di daerah Tomok tidak terdapat jaringan atau kerjasama antar pedagang souvenir dengan pemerintah dalam rangka pengembangan pariwisata. Informan (pedagang souvenri) mengatakan bahwa dalam rangka pagelaran Festival Danau Toba pedagang souvenir tidak dilibatkan.

Jaringan Antar Pemilik Hotel

Berdasarkan temuan penelitian diperoleh data bahwa di daerah Tomok tidak terdapat jaringan atau kerjasama antar pemilik hotel dalam rangka pengembangan pariwisata.

Modal Sosial dalam Pengembangan Pariwisata di Parapat

  1. Manortor dan Sigale-gale sebagai Nilai Budaya dalam Pengembangan Pariwisata
  2. Peran Serta Masyarakat dalam Festival Danau Toba
  3. Jaringan antar Penjual Souvenir
  4. Jaringana antar Pemilik Hotel atau Tempat Penginapan
  5. Kelompok atau Komunitas Pengembangan Pariwisata
  6. Peran Serta Kelompok Marga dalam Festival Danau Toba.
  1. Temuan Penelitian dan Pembahasan

Adapun kadangkala pembuatan temuan penelitian dan pembahasan dijadikan dalam struktur skema yang berbeda. Meski demikian, masih dalam objek penelitian dan subjek penelitian yang sama. Contoh pembuatannya sebagai berikut;

Contoh Temuan Penelitian dan Pembahasan
Temuan Penelitian

Temuan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Aplikasi Herbisida Sistemik

No Spesies Gulma % Penutupan Gejala Keracunan
1 Axonopus Compresus 30% Daun masih berwarna hijau
2 Asystasia Gangetica 20% Daun masih berwarna hijau
3 Oxallis barreileri 10% Daun masih berwarna hijau
4 Othochloa nodosa 30% Daun berwarna kuning dan bercak kecoklatan

Aplikasi Herbisida Kontak

No Spesies Gulma % Penutupan Gejala Keracunan
1 Asystasia Gangetica 20% Daun gulma menjadi kecoklatan dan batang sedikit menguning
2 Othochloa nodosa 80% Daun dan batang sudah berubah warna menjadi kecoklatan dan menguning

Tanpa Pengaplikasian Herbisida (Kontrol)

No Spesies Gulma % Penutupan Gejala Keracunan
1 Asystasia Gangetica 7% Daun masih berwarna hijau
2 Axonopus Compresus 80% Daun masih berwarna hijau
3 Othochloa nodosa 3% Daun masih berwarna hijau
  1. Pembahasan

Pengaplikasian herbisida sistemik dengan merk dagang Roundup yang diaplikasikan disamping jalan Fakultas Teknik Fakultas Pertanian Unila memiliki gejala keracunan yang tidak dapat dilihat dengan fisik dalam jangka waktu yang cepat. Pada pengaplikasian dengan luas lahan 4 x 5 m diaplikasikan herbisida sistemik ini. Sebelum melakukan pengaplikasian perlu dilakukan kalibrasi dan pengukuran kadar air perliternya untuk penambahan larutan herbisida. Setelah melakukan kalibrasi. Selain melakukan kalibrasi, hal yang perlu dilakukan adalah menghitung populasi penutupan yang ada di petakan 4 x 5 m dan mencatat populasi penutupan jenis gulma. Gulma yang berada pada penutupan adalah Axonopus Compresus, Asystasia Gangetica, Oxallis barreileri, dan Othochloa nodosa. Setelah dilakukan pengamatan terhadap penyemprotan herbisida sistemik didapatkan gejala keracunan yang tidak banyak kerusakan fisik. Gulma Axonopus Compresus, Asystasia Gangetica, dan Oxallis barreileri masih belum menunjukkan gejala keracunan atau kerusakan akibat aplikasi herbisida roundup setelah aplikasi, hal ini dikarenakan sistem kerja sistemik ini membunuh jaringan gulma perlahan sampai menuju akar. Sedangkan gulma Othochloa nodosa menunjukkan gejala daun berwarna kuning dan bercak kecoklatan, hal ini disebabkan oleh jaringan daun pada gulma ini sangat tipis dan dapat memudahkan racun masuk kedalam jaringan.

Selain pengaplikasian herbisida sistemik, dilakukan pengaplikasian herbisida menggunakan herbisida kontak dan tanpa menngunakan herbisida. Hal ini dilakukan untuk melihat perbandingan presentase penekanan pertumbuhan gulma. Pada pengaplikasian herbisida kontak yang dilakukan oleh kelompok satu dengan luas petak 4 x 5 m didapatkan dua gulma yakni Asystasia gangetica dan Othochloa nodosa denang persentase penutupan mencapai 100% dalam petak. Cara kerja sama dengan pengaplikasian dengan herbisida sistemik. Setelah pengaplikasian herbisida kontak pada petak didapatkan gejala daun yang berubah kecoklatan dan batang sedikit menguning pada gulma Asystasia gangetica ,sedangkan pada gulma Othochloa nodosa didpatkan gejala keracunan pada daun dan batang berubah menjadi kuning kecoklatan. Hal ini dikarebakan oleh translokasi herbisida kontak langsung menginfeksi bagian gulma yang terkena cairan/larutan herbisida dan menyebabkan bagian gulma yang terkena larutan tersebut keracunan.

Sedangkan pada perlakuan kontrol tanpa mengunakan bahan aktif dari herbisida didapatkan populasi gulma dengan penutupan mencapai 90% dengan Axonopus Compresus, Asystasia Gangetica,, dan Othochloa nodosa. Karena tidak dilakukan pengaplikasian dengan herbisida tidak ada pengaruh terhadap gulma yang berada di petakan 4 x 5 m. Hal ini gulma yang berada di peakan tidak ada pengsruh terhadap penekanan populasi gulma.

Herbisida merupakan bahan kimia yang dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan yang bersifat merugikan. Herbisida mempengaruhi proses pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan klorofil, respirasi, fotosintesis, metabolisme, nitrogen, aktivitas enzim dan sebagainya. Herbisida berasal dari senyawa kimia organik maupun anorganik atau berasal dari metabolit hasil ekstraksi dari suatu organisme. Herbisida bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan pengganggu, juga terhadap tanaman. Herbisida yang diaplikasikan dengan dosis tinggi akan mematikan seluruh bagian tumbuhan. Namun pada dosis yang lebih rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan tertentu dan tidak merusak tumbuhan yang lainnya (Sembodo, 2010).

Berdasarkan tipe Translokasi herbisida dibedakan menjadi;

  1. Herbisida Kontak (tidak ditranslokasikan)

Herbisida kontak mengendalikan gulma dengan cara mematikan bagian gulma yang terpapar langsung dengan herbisida.

Sifat herbisida kontak tidak ditranslokasikan atau tidak dialirkan dalam tubuh gulma. Semakin banyak organ gulma yang terkena herbisida, maka semakin efektif juga daya kerja herbisida terhadap gulma. Contoh herbisida kontak yang berisifat selektif yaitu oksifluorfen, oksadiazon dan propanil, serta sebagian herbisida lainnya bersifat tidak selektif seperti parakuat dan glufosinat (Sembodo, 2010).

  1. Herbisida Sistemik (ditranslokasikan)

Herbisida Sistemik adalah herbisida yang dialirkan dari tempat terjadinya kontak pertama dengan herbisida ke bagian lainnya, biasanya akan menuju pada titik tumbuh karena pada bagian tersebut metabolisme tumbuhan paling aktif berlangsung. Herbisida jenis ini dapat diaplikasikan melalui tajuk maupun melalui tanah. Contoh herbisida yang melalui tajuk yaitu herbisida glifosat, sulfosat, dan ester. Contoh herbisida yang melalui tanah yaitu herbisida ametrin, atrazin, metribuzin dan diuron (Sembodo, 2010).

Mekanisme kerja menunjukan pengaruh herbisida terhadap tumbuhan. Herbisida bekerja dengan berbagai cara. Pada umumnya, herbisida bekerja dengan mengganggu proses anabolisme senyawa penting seperti, pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi dengan senyawa yang “normal” dalam proses tersebut. Herbisida menjadi kompetitor karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi substrat yang dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan (Sembodo, 2010).

Agar lebih efektif, herbisida harus 1) cukup kontak dengan tumbuhan; 2) diabsorbsi oleh tumbuhan; 3) bergerak di dalam tumbuhan menuju titik sasaran; 4) dan meracuni sasaran. Metode aplikasi, cara menggunakan herbisidapra tumbuh, pasca tumbuh, akan menentukan apakah herbisida itu akan mengenai akar, pucuk, atau daun tumbuhan. Istilah mode of action menunjukkan urutan kejadian dari mulai absorbsi ke dalam tumbuhan hingga mematikan tumbuhan tersebut. Mekanisme kerja herbisida juga berpengaruh tehadap bagaimana cara
aplikasi herbisida. Contohnya, herbisida kontak yang merusak membran sel, seperti acifluoren atau parakuat. Dan herbisida sistemik contohnya Herbisida Rondup dengan memiliki bahan aktif glifosat (Sukma & Yakup, 1991).

Cara kerja glifosat yaitu dengan menonaktifkan atau menghambat kerja enzim EPSP (5-Enolpyruvyl Shikimate 3- Phosphate) yang berperan dalam biosintesa asam aromatik penyusun protein yakni tryptophan, tyrosin, dan phenylalanin. Gejala keracunan terlihat agak lambat, dimana daun akan terlihat layu menjadi coklat dan akhirnya mati. Gejala akan terlihat 1-3 minggu setelah aplikasi. Bahan aktif glifosat dapat diabsorbsi lewat daun kemudian ditranslokasikan bersama fotosintat dalam jaringan keseluruh bagian gulma. Glifosat juga mempunyai daya brantas yang sangat luas dengan daya racun yang rendah terhadap hewan dan manusia. Glifosat merupakan herbisida sistemik yang bekerja lebih efektif pada saat pertumbuhan aktif sehingga dapat ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan. Cara bekerja glifosat adalah dengan menghambat sintesa protein dan metabolism asam amino (Djojosumarto, 2008).

Nah, itulah saja artikel yang bisa kami bagikan pada semua pembaca berkenaan dengan contoh penulisan dalam temuan penelitian dan pembahasan. Semoga saja mampu memberikan gambaran serta referensi yang mendalam bagi kalian semuanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *