Contoh Esai Reflektif

Diposting pada

Contoh Esai Reflektif

Esai bisa dikatakan sebagai salah satu jenis karya tulis ilmiah yang yang ditulis oleh ilmu pengetahuan dengan menyajikan serangkaian fakta menurut metodologi penelitian yang baik dan benar. Atas dasar inilah pembuatan essai sendiri terbagi dalam beberapa macam. Salah satunya adalah esai reflektif.

Esai reflektif menjadi jenis esai yang mudah ditemukan. Lantaran kajian teksnya memuat berbagai topik pembahasan, baik pendidikan, kesadaran diri, kesehatan, politik, dan lain sebagainya. Tetapi yang perlu dipahami topik tersebut bisanya up to date dengan isu yang berkembang di masyarakat.

Esai Reflektif

Pengertian esai reflektif adalah tulisan karya ilmiah bersifat formal, dimana seseorang yang membuatnya berusaha untuk mengungkapkan data dan analisisnya dengan dalam sehingga bentuk strukturnya lebih pada mengajak para pembacanya untuk mengikuti saran yang diinginkan si penulis.

Contoh Esai Reflektif

Sebagai pembahasan yang lebih memahamkan. Maka, dalam tulisan ini akan mengungkapkan contoh pembuatan berdasarkan struktur kepenulisan esai reflektif.

Penulisan Esai Reflektif

Peningkatan Daya Saing Global melalui Adaptasi Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal

Oleh: Rahmayani

Indonesia merupakan negara kepulauan dan memilik kekayaan flora dan fauna yang beragam. Selain itu, Indonesia juga mempunyai banyak kebudayaan. Kekayaan kebudayaan Indonesia diantaranya, tari adat, festival kebudayaan,
busana adat, ragam bahasa daerah, dan lain-lain. Tidak hanya kekayaan kebudayaan dan sumberdaya alamnya, kekayaan Indonesia juga mencolok pada sumber daya manusianya. Hal itu terbukti pada Olimpiade fisika skala
internasional, pencapaian anak-anak bangsa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tercatat dari tahun 1993 sampai 2007 siswa-siswi binaan mampu mengharumkan nama Indonesia dengan meraih 54 medali emas, 33 medali perak dan 42 medali perunggu dalam berbagai kompetisi sains/fisika tingkat internasional. Sebuah kebanggaan pada tahun 2006 seorang siswa dari Indonesia meraih predikat absolute Winner (Juara Dunia) dalam International Physics Olympiad (IphO) XXXVII di Singapura (Surya, 2013).

Terlepas dari kekayaan bumi nusantara dan prestasi-prestasi anak-anak bangsa, kehidupan rakyat Indonesia nyatanya sekarang masih jauh dari kata layak. Banyak faktor penyebab hal tersebut, salah satu faktor yang sangat dominan yakni pendidikan di Indonesia yang tergolong rendah. Bedasarkan laporan tahunan Education For All Global Monitoring Report pada tahun 2012 yang dikeluarkan oleh UNESCO menyatakan bahwa rangking pendidikan Indonesia berada di peringkat ke 64 dari 120 negara (USAID, 2013). Hal tersebut menggambarkan keterpurukaan bangsa Indonesia di bidang pendidikan.

Keterpurukan di bidang pendidikan tentunya membawa dampak negatif yang sangat berpengaruh kepada kehidupan masyarakat Indonesia. Karena dengan pendidikan yang baik, akan tercipta individu-individu yang berintelektual dan mampu bersaing baik secara regional maupun global. Individu yang berintelektual mampu melahirkan ide-ide kreatif. Prinsip individu yang berintelektual adalah selalu mempunyai keinginan mensejahterakan orang-orang yang berada di sekitarnya, salah satu upaya tersebut adalah menciptakan sebuah lapangan pekerjaan yang dapat menampung puluhan bahkan ratusan tenaga kerja.

Pendidikan sangat berperan penting dalam mengembangkan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik. Hal itu sejalan dengan tujuan pendidikan yakni untuk membentuk pribadi yang berkualitas dan berkarakter, sehingga kedepannya sumber daya manusia Indonesia tidak hanya unggul dalam segi kuantitas saja tetapi unggul juga dalam segi kualitas.

Berkualitas dan berkarakter yang dimaksud yakni memiliki pandangan yang luas, serta kedepannya diharapkan dapat mencapai suatu cita- cita serta mampu beradaptasi di lingkungan sekitar. Adapun manfaat lain yang dapat diperoleh dari pendidikan yakni dapat memotivasi diri sendiri untuk lebih baik kedepannya.

Dalam bidang pendidikan Indonesia memilik potensi besar untuk berkembang. Hal itu dapat dilihat dari sistem pendidikan Indonesia yang terus mengalami perombakan kurikulum. Sejak ditetapkannya UU NO.20/2003, terdapat beberapa perubahan dari sistem pendidikan atau kurikulum yang digunakan sebagai acuan.Ada tiga perubahan, pertama, suplemen kurikulum 1999 hasil dari penambalan kurikulum 1994. Kedua, KBK 2004, ketiga, KTSP 2006.

Serta kurikulum 2013 yang telah diterapkan saat ini. Perubahan-perubahan itulah yang menunjukan bahwa pendidikan kita memiliki dasar yang bagus untuk mengarungi kehidupan dan membawa bangsa Indonesia melesat lebih baik lagi kedepannya.

Dari berbagai program yang telah diterapkembangkan oleh pemerintah masih terdapat berbagai kekurangan. Hal itu dapat dilihat dari kehidupan rakyat Indonesia yang bisa dikatakan belum layak, dalam artian masih menderita untuk sekedar bertahan hidup di bumi Nusantara. Padahal sumber daya alam di Indonesia sangat melimpah ruah. Hal tersebut dapat dibuktikan pada biodiversitas Indonesia yang menduduki peringkat kedua di dunia setelah Negara Brazil. Fakta tersebut membuktikan kekayaan sumber daya alam hayati di bumi Nusantara yang beranekaragam. Berdasarkan Protokol Nagoya, keanekaragaman tersebut akan menjadi tulang punggung perkembangan ekonomi kedepannya (Anonim, 2014).

Untuk mengoptimalkan potensi alam yang dimiliki bumi Nusantara maka perlu diteliti lebih mendalam faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan tersebut. Salah satu faktor yang memengaruhi adalah pemerataan dan adaptasi pendidikan di seluruh daerah Indonesia yang belum efisien. Contoh kasus berdasarkan pengalaman penulis, saat melakukan pengabdian masyarakat di Desa Bentenge, Kecamatan Camba, Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Pelatihan-pelatihan yang kami lakukan seperti pelatihan pembuatan kerajinan dari tempurung kemiri, pelatihan pembuatan minyak, dan pembuatan Bola Macca (Rumah Pintar) yang semacam perpustakaan desa. Selain itu juga, Desa Maccini Baji, Kecamatan Sanrobon, Kabupaten Takalar. Didesa tersebut kami memberikan pelatihan berupa Pembuatan MIRUT (Mie Rumput Laut), DORUT (Dodol Rumput Laut), Bakso Rumput Luat, dan SIRUT (Selai Rumput Laut).

Di desa-desa tersebut masyarakat lokal sangat antusias terhadap pelatihan-pelatihan yang kami lakukan. Warga di desa tersebut dengan disiplinnya datang di lokasi pelatihan untuk mempelajari cara membuat minyak kemiri dan kerajinan kemiri.

Antusias mereka dalam mengikuti tiap tahap pelatihan juga terlihat sangat sungguh-sungguh untuk menerima ilmu yang diberikan oleh tim pelatihan. Selain itu, pengabdian juga dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat tersebut tidak sekedar melakukan pelatihan-pelatihan yang subjeknya warga umum, tetapi kami juga melakukan pengajaran secara langsung kepada siswasiswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) dan menggantikan untuk sementara guru-guru yang mengajar di sekolah-sekolah tersebut. Antusias belajar anak-anak sangat terlihat jelas dari ekspresi dan tingkah lakunya.

Suasana kelas begitu gaduh ketika pelajaran akan segera dimulai, tetapi ketika pelajaran telah dimulai keheningan mulai menyapa. Rupanya para siswa dengan serius dan memusatkan perhatian dengan apa yang kami ajarkan kepada mereka. Banyak diantara siswa-siswa tersebut yang tergolong siswa cerdas dan tidak kalah dengan siswa di perkotaan yang notabene memiliki prasarana pembelajaran yang memadai.

Sumber daya manusia di daerah pedalaman sangat membanggakan. Hal itu dapat dilihat dari semangat mereka untuk terus belajar. Semangat tersebut tidak hanya tercermin pada anak-anak, tetapi ibu-ibu yang mengikuti tahap pelatihan juga terlihat sangat bersemangat. Meski jarak yang ditempuh ke tempat pelatihan dan ke sekolah terbilang jauh serta akses ke lokasi hanya dengan berjalan kaki, mereka tetap semangat dan tidak mengeluh dengan segala keadaan tersebut.

Jika dikaji dan dianalisa lebih lanjut, apa penyebab lambatnya kemakmuran dan kemajuan daerah pedalaman khususnya dalam taraf kehidupan masyarakat setempat?. Hipotesis penulis mengenai permasalahan tersebut adalah model pendidikan di daerah pedalaman yang tidak beradaptasi dengan kondisi setempat.

Menurut penulis, pendidikan seharusnya beradaptasi mengikutsertakan kearifan lokal dengan kondisi dimana pendidikan tersebut akan diterapkembangkan. Pendidikan tidak bisa disama ratakan dengan segala kondisi, terkhusus Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai pulau dan memilik budaya serta adat istiadat yang berbeda-beda di tiap daerahnya.

Pendidikan seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan subjek sasaran pendidikan tersebut. Desa Bentenge dan Desa Maccini Baji merupakan daerah dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah ruah, tetapi akses untuk mencapai daerah tersebut terbilang masih sangat susah dan jauh dari perkotaan, karena daerah tersebut terbilang dataran tinggi. Hal tersebut tentunya menghambat anakanak setempat untuk dapat melanjutkan pendidikannya ketika telah selesai di tingkat sekolah menengah pertama. Sekolah menengah atas belum ada di daerah tersebut, sehingga banyak anak-anak yang putus sekolah. Padahal anak-anak di daerah tersebut sangat bersemangat untuk menuntut ilmu.

Dampak kedepannya dari hal tersebut adalah taraf kesejahteraan masyarakat akan terus merosot dan jauh dari perkembangan globalisasi. Pendidikan yang dianggap sangat sesuai terhadap desa camba adalah lebih mengutamakan pembangunan sekolah kejuruan yang dapat melatih dan membuka cakrawala berpikir anak-anak daerah pedalaman untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam di lingkungannya. Jadi, ketika anak-anak di daerah tersebut tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, mereka telah mempunyai bekal untuk kelangsungan hidup mereka. Mereka mengetahui cara yang tepat untuk memanfaatkan sumber daya alam dilingkungan mereka, yang muaranya tidak lain adalah kesejahteraan masyarakat pedalaman dan kemakmuran rakyat Indonesia.

Hal tersebut tentunya sangat sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat walaupun mereka putus sekolah. Untuk langkah awal, mata pelajaran di sekolah-sekolah ditambahkan dengan kegiatan ekstrakulikuler lingkungan sekitar. Pengenalan dengan alam sekitar dan cara memanfaatkan kekayaan sumber daya alam di desa tersebut.

Studi kasus tersebut kiranya dapat bersifat universal (nasional) untuk seluruh daerah di penjuru bumi nusantara. Adaptasi pendidikan sangat penting adanya, karena kebutuhan pendidikan di setiap daerah tentunya sangat berbeda-beda dan tidak bisa disama ratakan. Kebutuhan pendidikan di daerah pegunungan dengan daerah pesisir tentunya sangat berbeda, karena sumber daya alam di lokasi tersebut tidak sama. Tata cara pengelolaan sumber daya alamnya juga tentunya sangat berbeda, sehingaa perlu adanya adaptasi pola pembelajaran yang sesuai dan dianggap cocok dengan kondisi daerah tersebut.

Tidak hanya di daerah pedalaman dan pegunungan, hal serupa juga berlaku kepada anak-anak bangsa yang berdomisili di daerah pesisir. Adaptasi pola pembelajaran di daerah tersebut sangat penting adanya, mengingat Indonesia adalah Negara maritime terbesar di dunia. Potensi kelautan Indonesia sangat besar, oleh sebab itu sumber daya manusia yang menetap di daerah tersebut perlu mempunyai keterampilan untuk mengelola kekayaan laut di Indonesia.

Ketika masyarakat setiap pelosok penjuru bumi nusantara dapat memanfaatkan sumber daya alamnya dengan baik, maka kedepannya rakyat Indonesia akan sejahtera dan bangsa Indonesia akan melesat maju dengan berbagai kekayaan alamnya.

Para generasi muda bangsa akan memainkan perannya masing-masing untuk menyongsong Indonesia baru kedepannya. Langkah awal dari hal tersebut adalah berupaya semaksimal mungkin berguna bagi lingkungan sekitar dimana mereka berada. Kepekaan pemerintah setempat dan pemerintah pusat sangat perlu adanya. Anak-anak di daerah pedalaman juga mempunyai hak yang sama dengan anak-anak yang berdomisili di perkotaan. Mereka juga anak-anak bangsa, yang akan membawa bangsa ini terus maju kedepannya. Oleh sebab itu, perhatian pemerintah terhadap generasi penerus bangsa sangat dibutuhkan khususnya di sektor pendidikan.

Dampak positif yang dapat dirasakan ketika pemerataan dan adaptasi pendidikan di Indonesia telah berjalan dengan baik adalah meningkatnya daing saing global. Indonesia akan siap bersaing dengan Negara-negara maju dan
berkembang. Oleh sebab itu, di segala bidang memerlukan individu yang berkualitas sehingga dapat menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik, karena kesuksesan kelompok adalah akumulasi dari sukses individu, pencapaian Negara Indonesia adalah akumulasi dari pencapaian warga negaranya.

Setiap orang mempunyai kewajiban untuk berpartisipasi aktif dalam kemajuan bangsa ini. Pernyataan tersebut mempunyai makna bahwa untuk memajukan bangsa ini bukan pekerjaan yang dibebankan kepada satu atau dua
orang tetapi semua kalangan masyarakat. Oleh sebab itu, Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam jumlah banyak. Karena kekayaan sumber daya alam akan habis sedangkan kekayaan sumber daya manusia yang berkualitas tidak ada habisnya dan itulah kekayaan yang sebenarnya.

Dari penjelasan berserta contohnya yang telah disebutkan. Setidaknya perlu diketahui bahwa karakteristik yang melakat dalam essay reflektif ini setidaknya memiliki bagian kesimpulan esai yang imajenatif dari kaitannya dengan isi essay, dan pendahuluan essay. Alasannya karena topik yang diangkat lebih bersifat aktual.

Itulah tadi penjelasan dan pembahasan secara lengkap pada semua pembaca berkenaan dengan contoh esai reflektif dan kajiannya. Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *