3 Contoh BAB 1 Pendahuluan yang Bisa Dipergunakan

Diposting pada

Contoh BAB 1 Pendahuluan yang Bisa Dipergunakan

Namun yang pastinya, untuk penulisan yang baik dan benarnya BAB 1 berisi tentang Pendahuluan. Sehingga sebagai penjelasan lebih lanjut berikut ini contoh yang bisa diberikan.

BAB 1 Pendahuluan

Bagian pendahuluan yang berada di bab 1 pada hakikatnya berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, atau fokus masalah (untuk penelitian kualitatif), penegasan judul, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Meskipun haruslah diakui ada pula yang memasukkan sebagain kajian pustaka dan jenis penelitian yang dipergunakan dalam BAB penelitian ini.

Contoh BAB 1 Pendahuluan

Adapun untuk penjelasan lebih lengkapnya contoh kepenulisan BAB 1 dalam pendahuluan antara lain sebagai berikut;

  1. Skripsi

Skripsi adalah jenis karya ilmiah yang dibuat untuk mahasiswa tingkat akhir dengan strata pendidikan S1. Singkatnya contoh kepenulisan bisa dilakukannya yaitu;

BAB 1 Pendahuluan Skirpsi

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Indonesia terkenal dengan budayanya yang sangat beragam. Kebudayaan tersebut harus dilindungi dan di lestarikan agar tetap menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Pelestarian budaya di Indonesia sudah dilakukan dengan cara membuka sanggar tari, mengadakan pertunjukkan seni, dan lain lain.

Pelestarian sendiri berasal dari kata lestari yang berarti tetap seperti keadaan semula, tidak berubah, bertahan dan kekal. Jadi, pelestarian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses, cara, perbuatan melestarikan, perlindungan dari upaya kemusnahan, atau kerusakan, pengawetan, konservasi. Pelestrian merupakan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudyaan yang dinamis.

Seiring berjalanya zaman, kebudayaan tersebut semakin tertinggal dikarenakan adanya modernisasi yang masuk ke Indonesia, banyaknya masyarakat yang dapat mengakses dan meniru kebudayaan Negara lain menjadikan budaya lokal perlahan dilupakan. Selain itu dampak dari covid 19 juga cukup signifikan terhadap kelestarian kebudayaan yang ada, karena pada masa pandemic covid 19 masyarakat diharuskan mengurangi mobilitas di luar rumah.

Akan tetapi pelestarian adat budaya dapat dilakukan melalui peran remaja, dimana remaja merupakan penerus generasi yang sudah seharusnya ikut dalam melakukan upaya pelestarian kebudayaan. Tidak menjadi alasan munculnya virus covid 19 ini untuk mengurangi semangat para remaja dalam pelestarian kebudayaan justru para remaja semakin menambah upaya upaya yang dapat mereka lakukan untuk tetap melestarikan kebudayaan, seperti membagikan informasi tentang kebudayaan tersebut ke sosial media yang mengandung ajakan kepada masyarakat agar bergabung dalam kegiatan pelestarian kebudayaan tersebut.

Remaja berasal dari kata latin yaitu adolescane yang berarti tumbuh ke arah kematangan fisik, social dan psikologis (Sarwono, 2012). Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak anak menuju ke masa dewasa yang terjadi pada usia 12 tahun hingga 21 tahun (Dewi, 2012). Remaja merupakan suatu usia yang sangat potensial untuk merencanakan kehidupan yang lebih baik di masa masa mendatang.

Dapat diketahui bahwa peranan remaja sangatlah besar. Menurut Soekamto peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seorang melaksanakan hak dan kewajibannya. Ada banyak sekali peran remaja dalam segala aspek baik social, budaya, ekonomi dan sebagainya.

Lantas siapa lagi kalau bukan kita sebagai generasi muda? Sebagai generasi muda yang baik kita harus melibatkan diri dalam pembangunan nasional. Hal ini berkaitan dengan dasar dari generasi muda yang memiliki fisik kuat, pengetahuan yang mumpuni, inovatif dan memiliki kreativitas yang tinggi.

Selain membangun, kita harus mempertahankan, dengan segala potensi tersebut salah satunya dalam aspek budaya. Salah satu upaya pelestaran budaya di Indonesia adalah pelestarian adat Budaya Lampung. Khususnya di Desa Wayakrui Kecamatan Kalirejo yang memanfaatkan peran remaja sebagai agen pelestarian budaya adat Lampung. Di desa Wayakrui masyarakatnya termasuk kedalam suku Lampung Saibatin, yang dimana adat budayanya antara lain acara Nyambai dan beberapa taritarian khas Lampung. Maka dari itu kelompok kami tertarik untuk meneliti tentang Peran Remaja dalam pelestarian adat budaya Lampung, khususnya suku Lampung Saibatin di desa Wayakrui Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah.

Batasan Masalah

Untuk mencari Peran Remaja dalam Pelestarian Adat Budaya Lampung Pada Masa Pandemi Covid 19 di Desa Wayakrui, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa saja Peran Remaja dalam Pelestarian Adat Budaya Lampung Pada Masa Pandemi Covid 19 di Desa Wayakrui, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja Peran Remaja dalam Pelestarian Adat Budaya Lampung Pada Masa Pandemi Covid 19 di Desa Wayakrui, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah.

Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan kepada:

Seluruh warga SMA N 1 Kalirejo

Sebagai elemen yang menjadi bagian dari lingkungan tentunya memiliki andil yang cukup besar dalam menjaga kelestarian budaya di lingkungan tersebut.

Penelitian Selanjutnya

Menjadi bahan masukan/referensi dalam penelitian lain mengenai pelestarian adat budaya adat Lampung.

Peneliti Sendiri

Bagi peneliti sendiri, penelitian ini menjadi wadah untuk belajar menganalisis lingkungan di sekitar, terutama masalah pelestarian adat budaya Lampung di desa Wayakrui Kecamatan Kalirejo.

Sedangkan manfaat secara teoritisnya diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam hal:

  1. Mengevaluasi penerapan pelestarian budaya adat Lampung Pada Masa Pandemi Covid 19 di desa Wayakrui Kecamatan Kalirejo.
  2. Mengemukakan peranan remaja dalam pelestarian adat budaya Lampung Pada Masa Pandemi Covid 19 di desa Wayakrui Kecamatan Kalirejo.
  1. Proposal

Kepenulisan BAB 1 dalam proposal kegiatan ataupun proposal penelitian juga bisa dengan mudah untuk dibuat. Tentusaja sistematika tulisannya bisa mengangkat permasalahan-permasalahan yang sedang terjadi. Prihal ini contohnya;

BAB 1 Pendahuluan Proposal

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Buah-buahan merupakan makanan alami yang memiliki kandungan vitamin, gizi, dan mineral yang sangat baik untuk dikonsumsi tiap hari. Mengkonsumsi buah dapat mengoptimalkan kesehatan kita dalam jangka panjang juga menjaga dan meningkatkan energi anda. Salah satu jenis buah buahan yang sering dikonsumsi adalah anggur. Buah anggur mengandung vitamin A, vitamin B komplek, vitamin C, vitamin K, asam galat, glukosida, mangan, zat besi, dan kalsium. Buah anggur terdapat senyawa lain seperti zat polifenol dan resveratol yang dikenal sebagai antioksidan. Buah anggur bermanfaat untuk mengurangi resiko terkena kanker payudara, prostat, dan usus besar. Selain itu buah anggur juga dapat menurunkan resiko stroke, mengontrol gula darah, menyehatkan ginjal dan pencernaan. Kandungan lain buah anggur juga dimanfaatkan untuk antioksidan dan anti mikroba.

Riau Pos, Sabtu (22/9/2020) di sejumlah ruas jalan protokol di kota bertua Pekanbaru, sejumlah pedagang terlihat menjual anggur murah berjenis anggur merah biji Cina tersebut seharga Rp40 ribu per kilonya, bahkan ada yang menjual Rp30 ribu per kilonya. Harga tersebut terlihat sangat berbeda jauh jika dibandingkan harga anggur biasanya yang dijual seharga Rp80 ribu per kilogram.

Namun tidak hanya digemari pembeli karena harga yang murah, tetapi hal ini juga membuat resah warga karena banyak yang berasumsi anggur ini mengandung zat berbahaya bagi yang mengkonsumsinya.

Tingkat kesegaran buah-buahan haruslah juga diperhatikan karena mikroorganisme penyebab kerusakan produk buah-buahan seperti sifat dan komposisi buah, kondisi lingkungan seperti pH, ketersediaan air, oksigen dan lain-lain (Zetter dan Navarro, 2001). Menurut Sapers 2001, pencucian dan sanitasi buah konvensional tadak dapat dapat menghilangkan atau menginaktivasi mikroorganisme patogen dari 90% atau 95 %. Respon mikroorganisme tergantung kondisi kontaminasiyang mempengaruhi pengikatan dan ketahanan buah.

Buah dan sayur yang ditanam di kebun tumbuh di tanah dan diberi air, karenanya mungkin bagian luar buah dan sayur terpapar mikroorganisme.

Mikroorganisme seperti Salmonella, Escherichia coli, Listeria dan Shigella bisa menyebabkan keracunan makanan. Keracunan karena bakteri yang masuk ke tubuh melalui makanan ini menyebabkan gejala seperti mual, muntah, diare, dan sakit perut. keracunan makanan yang terjadi parah, itu bisa menyebabkan kondisi yang berbahaya seperti gagal ginjal dan meningitis. Hal ini lebih berisiko terjadi pada orang dengan sistem imun yang lemah, atau anak-anak di bawah 5 tahun.

Salmonellosis disebabkan oleh bakteri Salmonella. Salmonellosis terjadi karena bakteri Salmonella yang terdapat pada makan makanan dan minuman yang tercemar masuk ke dalam saluran cerna dan menginfeksi usus sehingga menyebabkan berbagai gejala-gejala terkait pencernaan. Salmonellosis juga dapat ditularkan dari satu individu ke individu lain yang terkena penyakit salmonellosis.

Gejala mulai timbul 8–72 jam setelah bakteri masuk dan menginfeksi usus. Pada umumnya gejala biasanya terjadi selama 4 sampai 7 hari. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian telah mengembangkan sanitizer untuk buah dan sayuran segar dan menguji penggunaannya pada selada, tomat, dan wortel. Ternyata sanitizer mampu meminimalkan kontaminasi mikroba umum/TPC hingga 10 CFU/g serta E. coli dan Salmonella hingga 0 CFU/g sampel. Kandungan kontaminan tersebut telah berada di bawah batas minimum residu (BMR) sehingga sayuran aman dikonsumsi.

Berdasarkan cara menyebabkan penyakit, maka keracunan karena mikrob dibedakan menjadi intoksikasi dan infeksi. Intoksokasi adalah penyakit akibat mengkonsumsi toksin dari bakteri atau kapang yang telah terbentuk di dalam makanan, sementara infeksi disebabakan oleh masuknya bakteri patogen atau virus yang dapat tumbuh dan berkembang biak dalam saluran pencernaan melalui makanan yang telah terkontaminasi. Kasus keracunan pangan, sebanyak 90% kasus disebabkan oleh bakteri (Syamsir, 2010). Untuk mengetahui suatu makanan aman atau tidak untuk dikonsumsi haruslah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan biologik yaitu melakukan isolasi  dan identifikasi.

Proses isolasi dan identifikasi ini juga dilakukan pemeriksaan kandungan jumlah dan jenis bakteri. Cara tersebut dapat diketahui kelayakan makanan untuk dikonsumsi (Sukamto, 2000).

Hasil penelitian Saleh (2016), identifikasi bakteri pada apel merah yang diperjual belikan di pasar tradisional kota Makasar ditemukan bakteri Enterobacter hafniae dan Enterobacter agglomerans. Menurut hasil penelitian Hermono et al 2017, identifikasi Salmonella sp pada jajanan jus buah di kecamatan Gunungpati Semarang dengan PCR ditemukan bahwa 3 dari 17 sampel jus buah positif terkontaminasi Salmonella sp. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik melakukaan penelitian tentang “Identifikasi Bakteri Salmonella sp Pada Anggur (Vitis vinifera L.) yang diperjualbelikan di Pasar Tradisional Kota Pekanbaru”

Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah apakah anggur yang belikan di pasar tradisional kota Pekanbaru tercemar Salmonella sp.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui cemaran bakteri pada anggur yang diperjualbelikan di pasar tradisional kota Pekanbaru.

Tujuan Khusus

Untuk mengetahui ada tidaknya Salmonella sp pada anggur yang diperjualbelikan di pasar tradisional kota Pekanbaru.

Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang bahaya bakteri Salmonella sp pada anggur yang diperjualbelikan di pasar tradisional kota Pekanbaru.

Bagi Sekolah

Dapat dijadikan bahan referensi dan bahan bacaan bagi siswa di Perpustakaan Tabrani Rab SMK Abdurrab Pekanbaru

Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan dan hygiene dalam mengolah buah-buahan.

  1. Karya Ilmiah

Penulisan BAB 1 dalam beragam bentuk karya ilmiah biasanya dibuat dengan sistematika yang hampir sama dengan jurnal nasional ataupun jurnal internasional. Contohnya seperti;

BAB 1 Pendahuluan Karya Tulis Ilmiah

PENDAHULUAN

Energi merupakan salah satu pilar keberlangsungan suatu negara. Kebutuhan akan energi akan terus bertambah selaras dengan pertumbuhan kuantitas penduduk, ekonomi nasional, dan daya konsumsi masyarakat. Indonesia sendiri terus berupaya untuk mengembangkan energi alternatif pengganti minyak bumi berbahan dasar fosil. Upaya pengembangan terus dilakukan mengingat konsumsi minyak Indonesia telah melampaui rata-rata konsumsi minyak dunia. Konsumsi minyak Indonesia 2020 tercatat telah mencapai 2,3 juta barrel per hari (bpod).

Selain kebutuhan akan energi, peningkatan daya konsumsi masyarakat turut berpengaruh pada melonjaknya jumlah limbah plastik. Berdasarkan data Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) pada tahun 2018, diketahui bahwa 3-4 juta ton plastik dikonsumsi setiap tahunnya, sehingga plastik menjadi limbah yang paling sering dijumpai baik pada fasilitas umum maupun lingkungan pribadi.

Namun, limbah plastik memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena dapat didaur ulang. Sampah PET (Polietilena Terephtalat) merupakan jenis limbah plastik dengan nilai ekonomis tertinggi yang dihasilkan dari sampah, seperti botol minuman, wadah makanan, dan serat sintesis. Kelebihan dari sampah plastik jenis PET jika dibandingkan dengan jenis lainnya adalah  peluang untuk daur ulangnya yang mencapai 100%[2]. Disamping itu, produksi plastik yang dibuat dari bahan dasar minyak bumi dan telah terbukti memiliki nilai kalor yang setara dengan bensin dan solar, sehingga pengolahan sampah PET melalui proses pirolisis berpeluang besar menjadi sumber minyak alternatif kedepannya.

Pengolahan minyak hasil konversi limbah PET melalui proses pirolisis diharapkan dapat menggunakan energi yang lebih sedikit, efektif, dan efisien. Hal tersebut dapat direalisasikan dengan penambahan katalis. Katalis merupakan suatu zat yang dapat meningkatkan laju reaksi dan akan terbentuk kembali dalam kondisi tetap bila suatu reaksi telah selesai, katalis ikut terlibat dalam reaksi menggunakan mekanisme baru dengan energi pengaktifan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan reaksi tanpa katalis.

Katalis yang umum digunakan untuk proses pembuatan minyak alternatif adalah katalis homogen, seperti asam dan basa. Namun, penggunaan katalis homogen memiliki beberapa kekurangan, salah satunya yaitu memerlukan proses preparasi untuk memisahkan produk akhir dengan katalis, katalis basa juga dapat menyebabkan reaksi penyabunan yang berpengaruh pada proses produksi minyak alternatif.

Oleh karena kekurangan tersebut, katalis heterogen muncul sebagai solusi terbaik penanganan masalah tersebut. Selain itu, korosivitas yang lebih rendah, kemudahan untuk dipisahkan, dapat digunakan kembali, serta produksi limbah beracun yang lebih sedikit merupakan nilai tambah bagi katalis heterogen.

Salah satu katalis heterogen yang biasa digunakan adalah zeolit. Penelitian terhadap berbagai katalis pada proses pirolisis polietilen yang telah dilakukan oleh Beltrame dan Carniti mencapai suatu kesimpulan bahwa zeolit merupakan katalisator paling efektif dalam proses pirolisis. Susilowati memaparkan bahwa zeolit memiliki banyak rongga, rongga tersebut biasanya berisi kation dan air yang bisa dipertukarkan dan memiliki ukuran pori berbeda, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai katalis, adsorben, penyaring, dan penukar ion.

Penggunaan katalis zeolit dalam proses pirolisis difungsikan untuk mempercepat dan menstabilkan perambatan suhu, kandungan alumina yang terdapat didalamnya mampu memutuskan rangkaian struktur kimia pada biomassa menjadi lebih cepat.

Zeolit dapat diperoleh dari bahan bahan alami, salah satunya dari abu sekam padi. Sekam padi terdiri atas 85-97% silika yang merupakan bahan baku sintesis zeolit. Penggunaan zeolit berbasis abu sekam padi sebagai katalis proses pirolisis limbah PET bukan tanpa alasan, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa jumlah limbah sekam padi pada tahun 2020 sekitar 23,53 juta ton dan terus naik setiap tahunnya.

Sekam padi merupakan produk samping dari proses industri penggilingan padi yang dapat kita lihat terus mengalami penumpukan hingga pada beberapa situasi terlihat seperti “gunungan” yang semakin tinggi seiring berjalannya waktu. Sekam padi yang merupakan 20% hasil dari industri penggilingan padi, dapat menjadi limbah penyebab pencemaran lingkungan jika tidak dimanfaatkan dan dikelola dengan baik.

Pemanfaatan sekam padi umumnya masih dilakukan secara tradisional yaitu untuk pembakaran batu bata dan selebihnya ditimbun lalu dibakar menjadi abu. Menurut Houston, pemanfaatan sekam padi yang belum optimal dikarenakan nilai gizinya yang rendah dan dianggap kurang bermanfaat akibat kandungan abu yang cukup tinggi, sehingga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.

Namun, abu sekam padi yang diperoleh dengan menggunakan suhu pembakaran pada suhu tertentu akan menjadi sangat bermanfaat, khususnya untuk proses industri kimia. Abu sekam padi yang berasal dari proses pembakaran pada furnace dengan suhu tinggi terkontrol pada suhu 500°C akan sangat bermanfaat bila digunakan sebagai katalis pada proses pirolisis limbah PET.

Pada suhu tersebut, sekam padi akan mengalami proses pengabuan terbaik karena abu sekam yang mengandung banyak silika dan kandungan kimia lain yang dapat digunakan sebagai bahan dasar katalis heterogen zeolit pada proses pirolisis limbah PET. Kandungan kimia dari abu sekam padi menurut Folleto et al. terdiri atas SiO2 94,4%, Al2O3 0.61%, Fe2O3 0,03%, CaO 0.83%, MgO 1,21%, K2O 1,06%, SO3 1,09% dan Na2O 0,77%.

Berdasarkan kandungan kimia yang telah dipaparkan, abu sekam padi secara nyata dapat difungsikan sebagai katalis pada proses pirolisis sampah PET karena kandungan SiO2 yang lebih dari 80% dan kandungan kimia lain yang juga dapat digunakan sebagai support katalis.

Oleh karena itu, penggunaan katalis zeolit berbasis sekam padi dalam proses pengolahan limbah PET menjadi sumber energi minyak alternatif dapat menyelesaikan tiga permasalahan sekaligus. Selain dapat menangani masalah peningkatan limbah PET, penggunaan katalis zeolit berbasis sekam padi juga dapat mengurangi jumlah limbah sekam padi, dan dapat memenuhi kebutuhan manusia akan energi berupa minyak alternatif.

Atas dasar tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisir jumlah sampah PET dan sekam padi dengan cara mengkonversikannya menjadi bahan bakar alternatif berupa BBM, sehingga proses pirolisis ini diharapkan dapat mengurangi atau bahkan meniadakan ketiga permasalahan tersebut serta turut mengurangi anggaran pembelian elpiji setiap bulannya.

Nah, demikinalah artikel yang bisa kami bagikan terkait dengan contoh kepenulisan BAB I bagian Pendahuluan yang bisa dipergunakan. Semoga saja mampu memberi wawasan bagi kalian semuanya yang sedang membutuhkan referensinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *