Arti makalah pada hakekatnya merupakan cara untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat untuk diimplementasikan di lapangan. Hal ini berlaku untuk semua disiplin ilmu, termasuk ilmu sosial dan ilmu eksakta (IPA). Adapun disini lain, khusus untuk IPA dan cabang-cabangnya seperti biologi, kimia, matematika, dan fisika yang kencederungan tulisan dibuat berdasarkan pada arti penelitian eksperimen disebut dengan makalah praktikum.
Oleh karena itulah makalah dalam laporan praktikum dianggap sebagai metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada para siswa/mahasiswa untuk terlibat secara terlibat.
Daftar Isi
Makalah Praktikum
Makalah praktikum akan senantisa menggabungkan pengetahuan akademis dengan pengalaman terapan dalam pengaturan profesional, sehingga dalam hal ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa ataupun siswa untuk bekerja di berbagai bidang seperti penelitian formatif atau implementasi program.
Oleh karena itulah format laporan praktikum formal harus mencakup beberapa bagian dan biasanya membutuhkan beberapa halaman diketik dengan spasi ganda.
Contoh Makalah Praktikum
Sebagai penjelasan dan penjabaran lebih mendalam. Untuk sistematika beserta contoh makalah praktikum misalnya saja mengangkat tentang laporan praktikum ilmu dan teknik pengendalian gulma dengan judul;
Teknik Pengendalian Gulma Secara Kimiawi Pengenalan Herbisida
Maka, struktur dan contoh pembuatannya. Yakni
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cara-cara untuk mengendalikan gulma yaitu: (1) secara kultur teknis, (2) secara mekanis, (3) secara biologis, dan (4) secara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan pemberian zat-zat kimia tertentu pada gulma dan zat-zat tersebut bersifat racun/toxin yang dapat merusak jaringan tanaman/gulma. Bahan kimiawi yang digunakan untuk mengendalikan gulma disebut herbisida. Herbisida berasal dari kata herba ( gulma ) dan sida (membunuh). Dari kata tersebut dapat diartikan bahwa herbisida adalah zat kimia yang dapat menekan pertumbuhan gulma dan dapat mematikan gulma tersebut. Herbisida digunakan sebagai salah satu sarana pengendalian gulma (Ngawit, 2007).
Zat kimia yang berperan sebagai herbisida dicirikan oleh gugusan khusus yaitu toksisitas pada tanaman, suatu gugusan yang dapat membunuh tanaman pada laju dosis tertentu. Daya berantas (kemempanan) tiap herbisida dan cara pengendalian manual ditentukan berdasarkan kemampuannya menekan populasi dan pertumbuhan tanaman penutup tanah dan gulma. Nilai kemempanan herbisida dihitung berdasarkan nilai SDR (some dominance ratio) masing-masing jenis gulma dan tanaman penutup tanah dinyatakan dalam besaran persentase antara 0 sampai dengan 100%, dengan kategori kemempanan dari tidak mempan sampai sangat mempan.
Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman perkebunan akan memperlambat pertumbuhan dan masa sebelum panen. Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi daripada yang lain (misalnya Imperata cylindrica), yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang lebih besar. Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas. Oleh karena itu diperlukan pengendalian gulma secara efektif dan efisien.
Tujuan Makalah Praktikum
Tujuan dari pembuatan makalah praktikum ini yaitu:
- Memperkenalkan berbagai macam herbisida serta kegunaannya.
- Mengetahui jenis herbisida berdasarkan waktu aplikasi.
- Mengetahui beberapa nama bahan aktif yang digunakan untuk mengendalikan gulma.
BAB II
ISI
Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini yaitu:
Herbisida berdasarkan sifat translokasinya digolongkan menjadi 2, yaitu:
- Herbisida Kontak
Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas. Di dalam jarinngan tumbuhan, bahan aktif herbisida kontak hampir tidak ada yang ditranslokasikan.
Jika ada, bahan tersebut ditranslokasikan melalui phloem. Karena hanya mematikan bagian gulma yang terkena, pertumbuhan gulma dapat terjadi sangat cepat. Dengan demikian, rotasi pengendalian menjadi singkat. Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan aktifnya merata ke seluruh permukaan gulma dan diperoleh efek pengendalian aktifnya yang lebih baik. Herbisida kontak juga yang bekerja dengan cara menghasilkan radikal hidrogen peroksida yang memecahkan membran sel dan merusak seluruh konfigurasi sel.
Herbisida kontak hanya mematikan bagian tanaman hidup yang terkena larutan, jadi bagian tanaman dibawah tanah seperti akar atau akar rimpang tidak terpengaruhi, dan bagian tanaman didapat kembali dan roses kerja pada herbisida ini pun sangat cepat.
Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis. Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan. Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian dan bila herbisida ini tidak menyentuh akar maka proses kerjanya tidak berpengaruh pada gulma. Contoh herbisida kontak adalah paraquat (Djafaruddin, 2004).
- Herbisida Sistemik
Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya.
Keistimewaan dari herbisida sistemik ini yaitu dapat mematikan tunas – tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Efek terjadinya hampir sama merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama (panjang). Penggunaan herbisida sistemik ini secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya aplikasi (Novizan, 2007).
Herbisida berdasarkan selektivitasnya digolongkan menjadi 2, yaitu:
- Herbisida selektif adalah herbisida yang bila di aplikasikan pada berbagai tumbuhan akan mematikan spesies tertentu (gulma) dan relatif tidak mengganggu tanaman lain (tumbuhan yang dibudidayakan).
- Herbisida nonselektif adalah herbisida yang diberikan lewat tanah atau daun yang dapat mematikan hampir semua jenis tumbuhan (Sudarmo, 2007).
Herbisida berdasarkan formulasinya digolongkan menjadi 5, yaitu:
- Larutan
Larutan adalah suatu campuran homogen secara fisik dari 2 bahan atau lebih dimana masing-masing bagian yang tercampur masih seperti semula bentuknya namun tidak dapat dilihat secara terpisah. Bahan yang dilarutkan disebut sebagai bahan terlarut (solute) dan bahan yang melarutkan disebut bahan pelarut (solvent). Jadi bahan yang dilarutkan (solute) seharusnya dapat larut dengan baik dalam air (seperti garam amina, sodium dan 2,4-D, 2,4,5-T, dan MCPA) dan dapat larut dengan baik di dalam minyak (seperti formulasi asam induk dari DNBP, pentacloro phenol, ester 2,4-D). Molekul bahan terlarut akan berdisosiasi dalam larutan dalam bentuk ion-ion. Ion tersebut dapat bergabung dengan bebas dengan ion lain dalam larutan.
- Emulsi
Suatu emulsi terjadi jika sebuah cairan digabungkan dengan cairan lain, namun masing-masing bahan yang digabungkan tersebut tetap seperti semula dan bila tidak dikocok, maka ke 2 bahan tersebut akan terpisah.
- Suspensi
Suspensi terdiri dari partikel-partikel pejal yang berbaur dalam cairan. Suspensi semacam ini diperuntukan bagi herbisida yang tak dapat disiapkansebagai larutan maupun emulsi. Suspensi tampak seperti berawandengan pancaran sebagai kerucut cerah (efek Tyndal) yang dapat enyerupai sebagai emulsi. Penambahan surfaktan akan memantapkan bentuk suspensi ini (simazine, atrazine, monouron, dan diuron).
- Butiran
Butiran adalah bentuk lain dari herbisida yang kristal bahan kimianya tidak dapat diaplikasikan dengan seragam. Herbisida semacam ini harus dicampur dengan zat pembawa (carrier) yang dapat memberi cukup kemantapan untuk disebarkan. Zat pembawanya dapat berupa cacahan tongkol jagung, batang tembakau, sisa daun tembakau (herbisida dalam bentuk ini seperti borat, arsenat, dan sodium klorat).
- Bubukan
Hanya ada sedikit sekali herbisida dalam bentuk bubukan. Hal ini karena herbisida dalam bentuk ini mudah hilang terbawa angin (drift) ( Djojosumarto, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Djafaruddin. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Djojosumarto, Panut. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Ngawit, I Ketut. 2007. Efikasi beberapa jenis herbisida terhadap tanaman penutup tanah legumenosa di jalur tanaman kopi muda. Jurnal Agroteksos Vol.17 No.2
Novizan. 2007. Petunjuk Pemakaian Pestisida. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sudarmo, Subiyakto. 2007. Pestisida. Kanisius. Yogyakarta.
Ciri Makalah Praktikum yang Baik
Makalah dalam laporan praktikum memiliki beberapa sifat, yaitu:
- Karangan atau tulisan hanya menjelaskan bagian latar belakang, isi, selanjutnya ialah pembahasan atau temuan
- Dibuat dalam bidang ilmu IPA
- Tulisan didasarkan pada fakta-fakta objektif dan atau hasil penalaran
- Makalah praktikum ini haruslah disusun secara sistematis
- Makalah senantisa disajikan dengan bahasa yang baik dan benar
Nah, itulah saja artikel yang bisa dibagikan pada semua kalangan berkenaan dengan contoh struktur dan tulisan makalah praktikum sederhana.